"Akal adalah makhluk Allah terbesar yang melayakkan manusia menjadi khalifah-Nya. Tunjuk peta fikiran yang benar dan mendudukkan ilmu pada martabat yang sebenar supaya terjadi seperti sebatang pokok yang bermula dari akar tunjang, perdu, batang, cabang ranting, daun, bunga dan buah." - Ustaz Abdul Halim Abas

Monday, January 21, 2013

Bab 3: Gelombang Baru Memerangi Islam (bah.2)

GELOMBANG BARU


Gelombang memerangi Islam semakin meningkat. Hampir setiap tahun ada keputusan baru atau “pencapaian baru” menurut istilah penguasa, yang sebenarnya tiada lain merupakan unsur penghancur rukun Islam.

Pada tahun 1932M keluar perintah yang melarang adzan secara syarak di Turki. Adzan yang berkumandang sejak beratus-ratus tahun di seluruh pelosok negara ini diganti dengan bahasa Turki. Ia merupakan musibah baru yang membuat hat iberdarah dan mata menangis. Di mana kedudukan adzan yang menyejukkan hati dan mengkhusyukkan jiwa itu dibanding dengan adzan yang membuat hati lari dan pendengaran menjauh?

Di dalam masjid kecil di mana Sheikh Badiuzzaman sembahyang sebagai imam bagi para penduduk, mereka bekeras untuk mengumandangkan adzan dan iqamah dengan bahasa Arab di dalam masjid. Maka ketika berita membahayakan ini sampai ke telinga pegawai, pegawai tersebut segera mengatur orang-orangnya di dalam masjid. Mereka bersembunyi di tempat sembahyang kaum wanita supaya mereka dapat menangkap “para penjahat” ketika mereka sedang melakukan “kejahatan” tersebut.

Akhirnya, para penduduk itu ditangkap dan diiring pada waktu musim dingin dengan berjalan kaki, di jalan yang dipenuhi dengan salju, menuju Igridir.

Mari kita dengarkan salah seorang di antara mereka – yaitu muadzin masjid –meriwayatkan kenangannya terhadap kejadian tersebut. Katanya: “Betapa mereka menyiksa kami dalam masalah adzan ketika mereka mewajibkan kami adzan dengan bahasa Turki. Di sana ada perintah untuk mengganti adzan secara syarak – dengan bahasa Arab – dan beberapa ulama agama berkata: “Kita harus mentaati perintahulul amri (penguasa)”. Akan tetapi bagi saya, saya hanya berkata: “Saya  tidak mengerti apa yang disebut adzan Turki yang aneh ini. Bagaimana saya tahu bahawa suatu “pesta jeritan” telah disiapkan untuk saya?” Pada suatu hari mereka menyerbu masjid Sheikh Said Nursi. Mereka menangkap Abdullah Jawish, Mustafa Jawish, Sulaiman dan Ali – aku-, dan mereka mengusir yang lainnya. Mereka membawa kami ke kota Igridir dengan berjalan kaki di atas salju. Di sana kami dimasukkan ke dalam sel dan orang lain dilarang bercakap-cakap dengan kami. Pada suatu hari kami dihadapkan kepada pendakwa utama.

Di samping pendakwa itu ada dua pegawai polisi berpangkat leftenan kolonel dan kolonel. Mereka berkata kepadaku :
- Menurut yang kami dengar, kamu telah memberi orang Kurdi ini (Sheikh Said Nursi) wang sebanyak seratus dua puluh lima lira emas. Berapa banyak peralatan perang yang kamu beli dengan wang sebanyak ini?

Saya menjawab : pemerintah Turki seperti sebuah kapal dan kalian lebih mengetahui apa yang masuk dan keluar dari kapal ini. Sheikh tidak mempunyai bom atau bedil. Beliau justeru ingin menyebarkan ketenangan dan kedamaian.

Dia bertanya : Apakah kamu mempunyai anak?
Saya jawab : Ya

Katanya : Jika kamu tidak berkata jujur dan tidak mengatakan yang sebenarnya, maka tiang gantung menantimu!

Kataku : Orang ini (Sheikh Said) bukan orang apa-apa selain khadam al-Quran. Apa yang beliau lakukan dengan bom dan alat bedil? Bom dan alat bedilnya tiada lain adalah al-Quran.

Ketika mahkamah telah diadakan, hakim bertanya kepadaku: “Siapa yang mengumandangkan adzan dengan bahasa Arab?”. Saya pura-pura tuli. Saya diam, tidak menjawab. Seolah-olah saya tidak mendengar pertanyaanya. Hakim menoleh kepadaku dan bertanya: “Apakah namamu Sulaiman?” Saya menjawab: “Pada waktu musim dingin, kamu telah datang sehari sebelumnya”. Kata hakim, “Saya bertanya kepadamu, siapa namamu?” “Kamu telah tidur di Khan hai tuan”. Hakim tersebut sangat marah. Dia menoleh lalu berkata: “Keluarkan manusia terkutuk ini”.(37) 

DARI SPARTE KE PENANGKAPAN

Setelah kejadian itu, Sheikh Said dipindahkan ke Sparte pada tahun 1934M. Beliau tinggal di sana beberapa bulan. Masa tersebut beliau gunakan untuk menulis risalah-risalah an-Nur, yait,: risalah al-Iqtisad (ekonomi), risalahal-ikhlas (ikhlas), risalah at-Tasattur (menutup aurat), al-Isyaratath-Thalaathah (tiga isyarat), al-Mardha (orang-orang yang sakit), asy-Syuyukh (orang-orang tua). Semua risalah-risalah ini adalah dari al-Lamaat (kilauan cahaya) dan pada waktu yang sama al-Kalimat (kata-kata) dan al-Maktubat (tulisan-tulisan) juga sudah beliau karang.

Pada suatu pagi di bulan April tahun 1935M, sepasukan polisi menyerang rumah Sheikh Said. Mereka lalu menangkap beliau setelah menyelidiki seluruh penjuru rumah yang sederhana itu. Dan pada hari yang sama, polisi-polisi lain menyerbu rumah seratus dua puluh murid an-Nur di berbagai daerah. Tangan mereka dan juga tangan Sheikh Said Nursi digari. Mereka digiring ke penjara kota Aski Syahar untuk menunggu pengadilan terhadap mereka dengan tuduhan membentuk organisasi rahsia yang menentang penguasa dan berusaha menggulingkannya.(38) Pemerintah telah mengambil langkah keamanan ketat di sepanjang jalan. Tentera-tentera dengan senjata lengkap mereka menguasai jalan Sparte – Afiyun. Seluruh kota Sparte di bawah penguasaan tentera.

Tuduhan terhadap mereka sangat berat, antara lain sebagai berikut:
1. Membentuk organisasi rahasia.
2. Berusaha menghancurkan pemberontakan pimpinan Kamal Ataturk.
3. Mendirikan tarekat sufi.
4. Membangkitkan semangat keagamaan dengan menyebarkan risalah “at-Tassatur lian Nisaak”

Jika tuduhan ini terbukti, maka hukumannya ialah mati. Dan mereka memang telah menyebarkan bahawa murid-murid an-Nur dan Sheikh mereka akan dihukum mati, untuk menakut-nakutkan orang dan memperingatkan mereka agar tidak bergabung bersama barisan murid-murid an-Nur. 

KILAUAN CAHAYA DARI KEGELAPAN PENJARA: SEKOLAH YUSUF PERTAMA

Sheikh Said Nursi meringkuk di penjara terasing dengan tekanan-tekanan yang hebat supaya jiwanya terpengaruh. Namun meskipun mendapat tekanan-tekanan tersebut, beliau tetap menulis risalah-risalah an-Nur. Di penjara ini beliau menulis “al-Lamaat” kedua puluh delapan, kedua puluh sembilan dan ketiga puluh serta “as-Syuaat” pertama dan kedua. Di penjara ini pula banyak penjahat yang bertaubat kepada Allah Taala dan mengikuti jalan yang lurus karena pengaruh Sheikh.

Siasatan panjang terhadap Sheikh dan murid-muridnya tidak menghasilkan suatu bukti yang dapat disandari untuk menghukum sebelas bulan penjara karena risalah beliau “at-Tasattur li an-Nisaak” yaitu “al-Lamaat” kedua puluh empat. 

PEMBELAAN YANG TERKENAL

Di depan pengadilan Sheikh membela diri. (39) Berikut ini nukilan pembelaan beliau yang terkenal itu:
“Wahai para hakim sekalian! Saya dibawa ke sini dengan tuduhan bahawa saya seorang pembangkang yang menjadikan agama sebagai alat untuk mengacau-bilau keamanan umum. Maka saya katakan kepada kalian: Sesungguhnya kemungkinan mengerjakan sesuatu itu tidak mesti ia pasti terjadi dan mesti ia harus dicela. Mancis mungkin bisa membakar rumah, akan tetapi kemungkinan ini tidak berarti bahawa ia penyebab kecelakaan itu.

Sesungguhnya kesibukan saya dengan ilmu-ilmu Islam tidak ditujukan kecuali untuk mendapatkan redha Allah Ta’ala. Tidak mungkin ditujukan untuk berkhidmat selain itu.

Kalian bertanya apakah saya termasuk orang yang sibuk dengan tarekat sufi? Maka saya jawab, Sesungguhnya zaman kita ini adalah zaman memelihara iman bukan memelihara tarekat. Banyak orang masuk syurga tanpa harus masuk tarekat sufi, akan tetapi tidak seorang pun masuk syurga tanpa iman.

Kalian bertanya dari mana kamu mendapat harta untuk mengumpulkan orang-orang disekitarmu dalam suatu organisasi? Maka saya bertanya kepada mereka : Dari mana mereka (polis) memperoleh dokumen-dokumen yang membuktikan bahawa saya sibuk bekerja untuk suatu organisasi atau saya mengerjakan sebarang pergerakan yang memerlukan harta? Kalian menyanggah dengan mengatakan saya bukan ahli pada pekerjaan yang saya kerjakan. Untuk mengajar ada jabatan yang khusus dan saya harus meminta izinnya dahulu, maka saya katakan kepada kalian, jika seluruh pintu kubur ditutup dan kematian ditiadakan dari wujud maka bolehlah izin itu hanya ada pada daerahmu. Akan tetapi karena tiga puluh ribu jenazah setiap hari dijemput kematian dan setuju terhadap hukumnya, maka ini bererti bahawa di sana masih terdapat banyak tugas dan kewajipan yang lebih penting daripada yang ada di daerah dan kekuasaanmu”(40) 

SESUATU YANG ANEH DAN JARANG TERJADI

Ketika murid-murid an-Nur dan bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan mereka sedang bukti-buktinya dicari dan diselidiki, ditemukanlah di antara risalah-risalah an-Nur sebuah buku yang kulitnya bertulis kata-kata, "Kembali ke Ramadhan” dengan tulisan tangan.

Siapa Ramadhan ini? Di mana dia bekerja? Kenapa sampai sekarang belum ditangkap? Tidak syak lagi, tentu dia orang penting, karena namanya tercatat pada salah satu buku! Semua murid an-Nur menafikan bahawa mereka mengenalinya. Hal ini menambah keyakinan bahawa dia adalah pembantu Said Nursi yang paling utama. Perintah dikeluarkan untuk menyelidiki seluruh desa dan kota yang berdekatan dan menyiasat setiap rumah untuk menemukan orang yang merbahaya ini, Ramadhan.

Akhirnya, di salah sebuah desa yang jauh ditemukan seorang desa yang sederhana, tidak boleh menulis dan membaca, namanya Ramadhan. Dia ditangkap dan digiring dengan tangan dibelenggu dan pengawasan yang ketat ke penjara Aski Syahar. Meskipun orang yang patut dikasihani ini bersumpah beberapa kali bahwa dia tidak boleh membaca dan menulis dan bahwa dia belum pernah bertemu dengan Badiuzzaman, meskipun demikian, semua sanggahan dan permohonannya lenyap diterbangkan hembusan angin. Dia meringkuk selama dua bulan penuh di penjara sampai salah seorang pegawai meneliti buku tersebut. Ternyata buku itu membahas tentang puasa dan adab serta hikmahnya pada bulan Ramadhan.(41) 

PENGASINGAN BADIUZZAMAN KE KASTAMONU

Setelah meringkuk di penjara Aski Syahar selama sebelas bulan, Badiuzzaman diasingkan ke kota Kastamonu pada musim bunga tahun 1936M. Beliau digiringi ke balai polis. Di situ beliau meringkuk selama tiga bulan, kemudian dipindah kesebuah rumah kecil yang terletak tepat di depan balai polis supaya tetap dalam pengawasan. Rumah tersebut terdiri darpada dua tingkat. Tingkat bawah adalah tempat kayu bakar, tingkat kedua tediri dari dua bilik. Badiuzzaman membayar sewa rumah ini.

Beliau tinggal di Kastamonu selama tujuh tahun. Waktu itu beliau gunakan untuk terus menulis risalah-risalah an-Nur seperti “as-Shu’a” (sinar) ke tujuh, risalah “al-Ayah al-Kubra”28 (tanda terbesar), demikian pula “ash-Shu’a ketiga iaitu risalah “al-Munajah” (munajat), “ash-Shu’a” keempat, keenam, kelapan, kesembilan dan catatan “ash-Shu’a yang kelima.

WAKIL POS AN-NUR

Pada masa itu Badiuzzaman terus mengirim surat kepada murid-muridnya dengan berbagai cara untuk mengelabui mata-mata yang sentiasa mengawasi pergerakannya. Risalah-risalahnya dibawa secara rahsia, lalu disalin dan disebarkan keseluruh desa, daerah dan kota yang berdekatan. Dengan demikian telah terbentuklah “wakil pos an-Nur yang tugasnya difokuskan kepada membawa risalah-risalah dari satu desa ke desa lain, dan dari suatu kota ke kota yang lain. Masalah penyalinan risalah-risalah juga semakin tersusun dan kuat. Di sana ada beberapa murid menyalin lebih dari seribu risalah sendirian. Dengan cara ini risalah-risalah an-Nur disalin dengan tulisan tangan sebanyak enam ratus ribu naskhah, dan tersebar di seluruh pelosok Turki secara berperingkat-peringkat, mengatasi para tentera yang zalim dan mengumumkan bahawa cahaya Islam tidak mungkin dipadamkan selama-lamanya. Risalah-risalah ini yang mengandungi beberapa aspek penting dalam bidang akidah dan jawaban atas keraguan yang menyesatkan sekitar beberapa hadis Nabi (s.a.w), dan pemahaman terhadap dakwah agama Allah- lalu dikumpulkan dalam satu judul, yaitu “Mulhaq Kastamonu” (Lampiran Kastamonu). 

TAUBAT SEORANG PEMABUK

Badiuzzaman sering keluar dari rumahnya. Beliau berjalan-jalan di tanah rata dan pergunungan yang berhampiran. Seringkali beliau juga masuk benteng peninggalan Kastamonu. Di sana beliau duduk untuk merenung dan membetulkan atau menulis risalah-risalah an-Nur. Pemerintah pun sentiasa memerhati pergerakannya itu.

Pada suatu hari, ketika beliau sedang duduk dengan bersandar pada dinding benteng, seseorang yang sedang mabuk berjalan terhuyung-hayang akan melewati beliau menuju ke tempat pelacuran yang ada secara terang-terangan. Orang yang mabuk itu sampai dekat benteng yang diduduki Badiuzzaman. Dia terhenti ditempatnya, tidak bergerak ke depan dan juga tidak mundur ke belakang. Dia menoleh ke atas, menoleh ke ulama yang berwibawa, yang berpakaian serba putih. Badiuzzaman memandangnya sebentar, lalu tersenyum dan mengucapkan salam kepadanya. Kata beliau kepada orang itu, “Kembalilah wahai saudaraku, jangan pergi ke sana! Kembalilah, mandilah. Bertaubatlah kepada Allah dan mulailah bersembahyang”.

Suara yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang ini menyelinap memasuki hati orang yang mabuk itu. Tanpa terasa, air mata berlinangan dari matanya. Dia menangis dengan teresak-esak. Dia segera kembali ke rumahnya. Orang yang ditugaskan untuk mengawasi pergerakan Badiuzzaman kehairanan. Dia segera mendatangi orang yang mabuk tadi dan berkata kepadanya sambil memegang bajunya, “Katakan kepadaku dengan cepat. Jawab pertanyaanku. Apa yang dikatakan orang Kurdi itu kepadamu?”.(42)

PERTEMUAN DENGAN DATUK BANDAR

Badiuzzaman diawasi oleh para penguasa Kastamonu. Oni Dughan dan Madhat Alti Ogh termasuk dua orang penguasa yang sering membuat Badiuzzaman kurang senang. Mereka berdua selalu mencari-cari sesuatu yang membuat beliau sakit hati.

Kerana Badiuzzaman masih sentiasa memakai pakaian dan serban kebiasaannya –itu bererti menyalahi peraturan pakaian. Maka datuk bandar Madhat Alti Ogh memanggilnya ke kediaman rasminya. Badiuzzaman mendatangi rumah datuk bandar itu dengan digiringi banyak polis. Beliau sangat marah. Ternyata salah seorang polis berusaha menanggalkan serbannya di jalanan. Beliau masuk ke rumah datuk bandar dan berkata sinis, “Dengar hai Madhat, di sana tidak ada apa-apa selain penghalang tipis di antara kita dan kematian yang kalian takuti. Jika kita melepasi penghalang ini, maka tidak ada lagi sesuatu yang perlu kita takuti. Oleh sebab itu, lakukan proses peraturan itu sesuka hatimu”. 

Wajah datuk bandar merah padam. Dia salah tingkah dan tidak bisa menjawab. Dengan susah payah tangannya mencapai loceng yang terletak di atas mejanya. Dia tekan loceng itu untuk memanggil para pegawainya supaya mereka membawa Badiuzzaman pulang ke rumahnya. Dia tak jadi melaksanakan niat jahatnya, padahal dia adalah datuk bandar yang terkenal dengan kebengisan dan kekerasan hatinya untuk menuntut Sheikh Badiuzzaman supaya menukar pakaiannya.(43) 

BERSAMA PARA PELAJAR SEKOLAH

Pada tahun-tahun gelap gelita itu pelajaran agama dihapuskan, sebagaimana kata-kata “Pencipta”, “Tuhan” dan “Allah Ta’ala” dihapuskan dari buku-buku sekolah dan diganti dengan kata-kata “alam”, “perkembangan”, “patriotisme”, “nasionalisme” dan seterusnya...”. Tujuannya adalah melenyapkan pengertian “Tuhan” dan menghilangkan idea “Pencipta” dari fikiran serta menyebarkan pemahaman bahawa iman kepada Allah Ta’ala adalah sama dengan kebodohan dan bahawa di antara tanda keilmuan dan pengetahuan adalah pengingkaran terhadap kewujudan Allah. Barangkali ada gunanya kami menukilkan penjelasan paragraf akhir di atas dari sub kata lafdhul jalalah “Allah” yang terdapat pada “Dairah Ma’arifal-Hayah” (Ensiklopedia kehidupan) Turki yang dicetak di Istanbul pada tahun1932M jilid pertama, agar suasana pemikiran yang dominan bagi orang-orang yang mengaku berilmu di Turki pada waktu itu jelas. Setelah kita membaca pengertian mereka tentang bagaimana tumbuhnya idea Ketuhanan pada manusia badwi, dan bagaimana perkembangan selanjutnya serta bagaimana kedatangan agama, akhirnya baris terakhirnya berbunyi sebagai berikut, “Sesungguhnya idea yang ingin disebarkan oleh agama-agama yang ada sekarang ialah bahawa Allah itu Esa dan bahawa Dialah Pencipta alam semesta, akan tetapi kemajuan sesuatu yang disebut “Allah”. Idea tidak percaya kepada Allah ini telah tersebar di kalangan orang-orang yang terpelajar”. (44)
---------------------------------------
~Peraturan pakaian: Peraturan yang dikeluarkan pada tahun 1925M. Dengan peraturan itu orang diharamkan memakai pakaian Othmaniyah dan hijab bagi kaum wanita. Peraturan itu juga mengharuskan pakaian terbuka dan pakaian ala Eropah serta topi. Demikianlah unsur-unsur perosak merosak iman kepada Allah pada diri generasi baru dan pembuat mereka bingung. Sayyid Abdullah Yakan, pengarang“al-Qamus al-Jadid”31 (Kamus Baru), menceritakan tentang kebingungannya ini ketika dia masih menjadi seorang pelajar di sekolah menengah. Dia berkata bahawa guru-gurunya sama sekali tidak pernah bercakap tentang Allah, maka dia bersama kawannya yang bernama Rif’at pergi mengunjungi Badiuzzaman. “Kami; saya dan kawan saya Rif’at, sentiasa mengunjunginya. Beliau bercakap-cakap bersama kami tentang kepentingan iman, keesaan Allah dan bahawa manusia tidak diciptakan tanpa peraturan. Pada akhir pertemuan, kami merasa seakan-akan baru dilahirkan semula. Jiwa kami menikmati kebahagiaan maknawi dan kegembiraan yang tak terhingga”.(45) 

Badiuzzaman merasa perlunya menulis risalah tentang tajuk penting ini, supaya menjadi alat untuk menyelamatkan ribuan bahkan ratusan pelajar dari generasi baru yang sedang kebingungan dan mencari-cari cahaya untuk hatinya dan hidayah untuk jiwanya. Kata Badiuzzaman dalam mukadimah risalah ini, “Kenalkan kami dengan Pencipta kami, kerana guru-guru kami tidak pernah mengingatkan Allah kepada kami!”. Maka saya katakan kepada mereka, “Setiap ilmu yang kalian baca sentiasa membahas tentang Allah dan mengenalkan Pencipta Yang Maha Mulia dengan bahasanya yang khusus. Dengarkan ilmu-ilmu tersebut dan jangan peduikan guru-gurumu itu. 

Misalkan, jika di sana ada farmasi besar. Di dalam setiap botol-botolnya ada ubat-ubat dan ramuan-ramuan mujarab. Ia dibuat dengan ukuran yang sangat teliti. Sebagaimana hal ini menunjukkan bahawa di belakangnya ada seorang ahli farmasi yang pintar dan ahli kimia yang mahir, maka demikian pula bulatan bumi yang mengandungi lebih dari empat ratus ribu macam hidupan –tumbuh-tumbuhan dan haiwan. Setiap satu daripadanya, pada hakikatnya, adalah botol ramuan kimia yang teliti dan botol campuran hidupan yang mengagumkan yang jelas, bahkan kepada orang buta sekalipun – Ahli Kimianya Yang Maha Bijak lagi Mempunyai keagungan dan mengenalkan Penciptanya Yang Maha Mulia. Maha Suci Dia sebesar kesempurnaan, keteraturan dan keagungannya dan sebesar bandingannya dibanding dengan ahli kimia yang ada di pasar itu. Dan itu sesuai dengan ilmu kedoktoran yang kalian baca”.
-------------------------------
~Yeni Lugat: Yaitu kamus yang khusus mengenai risalah-risalah an-Nur. Di situ diterangkan kata-kata Arab, istilah-istilah syariat dan nama orang-orang di dalamnya.

~Sheikh menulis dialog dengan para pelajar ini di dalam masalah keenam risalah ath-Thamrah yang ditulisnya di dalam penjara Denizli.

TUDUHAN BARU DAN PENGADILAN LAIN

Pergerakan an-Nur senantiasa berkembang luas dan aktif kerana didorong oleh rasa rindu dan iman yang menyala-nyala di dalam hati. Maka pemerintah untuk menghalang pergerakan ini atau menghentikan kemajuan dan perkembangannya tidak berguna sama sekali. Maka menghadapi masalah ini, mereka menggunakan cara pengadilan dan penjara sekali lagi.

Pada tanggal 31 Ogos 1943M, ketika Sheikh Badiuzzaman sedang menderita demam yang hebat – kemungkinan besar kerana diracuni oleh polis rahsia –polis-polis menyerbu rumahnya dan memporak-porandakan seluruh isinya. Mereka tidak menemui apa-apa selain risalah-risalah yang membahas tentang iman, akhirat, akhlak dan lain sebagainya. Dan pada tanggal 18 September tahun yang sama, polis-polis sekali lagi menyerbu rumahnya dengan harapan dapat menemui sebarang bukti untuk menyeret Badiuzzaman ke mahkamah. Dan meskipun mereka tidak menemukan apa-apa selain buku-buku dan risalah-risalah yang semacam dengan yang dahulu, meskipun demikian, mereka menahan Sheikh Badiuzzaman pada tanggal 20 September. Dengan digiring oleh polis, beliau dibawa ke Ankara bersama seratus dua puluh enam murid an-Nur yang ditahan dari pelbagai kota.

Tuduhan yang ditujukan kepada Badiuzzaman dan murid-muridnya ialah seperti sebelumnya, Membentuk organisasi rahsia, menggerakkan rakyat untuk menentang pemerintah yang sekuler, berusaha unuk menggulingkan sistem pemerintahan dan menjuluki Mustafa Kamal dengan julukan “Dajjal” dan “Penghancur agama”. 

TABLIGH ITU WAJIB

Badiuzzaman dibawa ke Ankara dengan sebuah bas umum pada akhir Ramadhan yang siangnya amat panas. Panasnya siang yang sangat terik itu tidak dirasakan oleh ulama yang sedang berpuasa dan kini berusia tujuh puluh tahun itu. Di perjalanan beliau tidak melupakan kewajibannya bertabligh dan memberi petunjuk. Beliau menoleh kepada pengiringnya dan berkata kepadanya, “Bolehkah kita menyuruh pemandu untuk berhenti sejenak? Tidak ada paksaan dalam agama, akan tetapi saya ada beberapa nasihat yang ingin kuberikan kepada para penumpang”. Pemandu itu lalu memberhentikan bas. Badiuzzaman memandang para penumpang dan berpidato, “Malam ini, kemungkinan besar, adalah malam lailtul qadar. Pahala membaca al-Quran al-Karim pada hari biasa adalah sepuluh hasanah bagi setiap huruf al-Quran, dan pada bulan Ramadhan adalah seribu hasanah. Sedang pada malam lailatul qadar, pahalanya adalah sebanyak tiga puluh ribu hasanah. Jika salah seorang di antara kalian diberi lima lira emas sebagai upah suatu pekerjaan, mahukah kalian mendapatkannya? Para penumpang menjawab, “Ya, kami mahu itu”. Kata Badiuzzaman kepada mereka, “Jadi kalau begitu, setiap muslim daripada kalian hendaklah membaca surat al-Fatihah tiga kali, surat al-Ikhlas sekali dan ayat Kursi sekali. Ia pasti menjadi perbendaharaan kalian di dalam kehidupan kalian yang kekal kelak”.(46)

Di tengah perjalanan, ketika masuk buka puasa, bas berhenti. Sheikh Badiuzzaman berbuka puasa bersama para penumpang dan sembahyang maghrib bersama mereka.

DATUK BANDAR ANKARA BUNUH DIRI

Di Ankara, Sheikh Badiuzzaman dipanggil walikota, Nozad Tan Doghan. Mereka berdua bercakap tentang pakaian Sheikh. Nampaknya datuk bandar berusaha menukar pakaiannya secara paksa. Maka Sheikh menjawabnya bahawa beliau adalah orang yang terpendam dan bahawa peraturan pakaian tidak mengenainya. Ada pun mengenai serban ini, ia tidak akan dicabut kecuali dengan kepala ini! Kata beliau sambil menunjuk ke lehernya. 

Dan di antara takdir yang perlu kita renungkan ialah, bahawa datuk bandar bengis yang mengucapkan kata-kata keji dan menyakitkan Sheikh Badiuzzaman ini telah membunuh dirinya pada 9 Juli 1964M dengan menembak sendiri kepalanya.

Kongsikan :

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...