GELOMBANG BARU
Gelombang memerangi Islam semakin
meningkat. Hampir setiap tahun ada keputusan baru atau “pencapaian baru”
menurut istilah penguasa, yang sebenarnya tiada lain merupakan unsur
penghancur rukun Islam.
Pada tahun 1932M keluar
perintah yang melarang adzan secara syarak di Turki. Adzan yang
berkumandang sejak beratus-ratus tahun di seluruh pelosok negara ini
diganti dengan bahasa Turki. Ia merupakan musibah baru yang membuat hat
iberdarah dan mata menangis. Di mana kedudukan adzan yang menyejukkan
hati dan mengkhusyukkan jiwa itu dibanding dengan adzan yang membuat
hati lari dan pendengaran menjauh?
Di dalam masjid
kecil di mana Sheikh Badiuzzaman sembahyang sebagai imam bagi para
penduduk, mereka bekeras untuk mengumandangkan adzan dan iqamah dengan
bahasa Arab di dalam masjid. Maka ketika berita membahayakan ini sampai
ke telinga pegawai, pegawai tersebut segera mengatur orang-orangnya di
dalam masjid. Mereka bersembunyi di tempat sembahyang kaum wanita supaya
mereka dapat menangkap “para penjahat” ketika mereka sedang melakukan
“kejahatan” tersebut.
Akhirnya, para penduduk itu
ditangkap dan diiring pada waktu musim dingin dengan berjalan kaki, di
jalan yang dipenuhi dengan salju, menuju Igridir.
Mari
kita dengarkan salah seorang di antara mereka – yaitu muadzin masjid
–meriwayatkan kenangannya terhadap kejadian tersebut. Katanya: “Betapa
mereka menyiksa kami dalam masalah adzan ketika mereka mewajibkan kami
adzan dengan bahasa Turki. Di sana ada perintah untuk mengganti adzan
secara syarak – dengan bahasa Arab – dan beberapa ulama agama berkata:
“Kita harus mentaati perintahulul amri (penguasa)”. Akan tetapi bagi
saya, saya hanya berkata: “Saya tidak mengerti apa yang disebut adzan
Turki yang aneh ini. Bagaimana saya tahu bahawa suatu “pesta jeritan”
telah disiapkan untuk saya?” Pada suatu hari mereka menyerbu masjid
Sheikh Said Nursi. Mereka menangkap Abdullah Jawish, Mustafa Jawish,
Sulaiman dan Ali – aku-, dan mereka mengusir yang lainnya. Mereka
membawa kami ke kota Igridir dengan berjalan kaki di atas salju. Di sana
kami dimasukkan ke dalam sel dan orang lain dilarang bercakap-cakap
dengan kami. Pada suatu hari kami dihadapkan kepada pendakwa utama.
Di samping pendakwa itu ada dua pegawai polisi berpangkat leftenan kolonel dan kolonel. Mereka berkata kepadaku :
-
Menurut yang kami dengar, kamu telah memberi orang Kurdi ini (Sheikh
Said Nursi) wang sebanyak seratus dua puluh lima lira emas. Berapa
banyak peralatan perang yang kamu beli dengan wang sebanyak ini?
Saya
menjawab : pemerintah Turki seperti sebuah kapal dan kalian lebih
mengetahui apa yang masuk dan keluar dari kapal ini. Sheikh tidak
mempunyai bom atau bedil. Beliau justeru ingin menyebarkan ketenangan
dan kedamaian.
Dia bertanya : Apakah kamu mempunyai anak?
Saya jawab : Ya
Katanya : Jika kamu tidak berkata jujur dan tidak mengatakan yang sebenarnya, maka tiang gantung menantimu!
Kataku
: Orang ini (Sheikh Said) bukan orang apa-apa selain khadam al-Quran.
Apa yang beliau lakukan dengan bom dan alat bedil? Bom dan alat bedilnya
tiada lain adalah al-Quran.
Ketika mahkamah telah
diadakan, hakim bertanya kepadaku: “Siapa yang mengumandangkan adzan
dengan bahasa Arab?”. Saya pura-pura tuli. Saya diam, tidak menjawab.
Seolah-olah saya tidak mendengar pertanyaanya. Hakim menoleh kepadaku
dan bertanya: “Apakah namamu Sulaiman?” Saya menjawab: “Pada waktu musim
dingin, kamu telah datang sehari sebelumnya”. Kata hakim, “Saya
bertanya kepadamu, siapa namamu?” “Kamu telah tidur di Khan hai tuan”.
Hakim tersebut sangat marah. Dia menoleh lalu berkata: “Keluarkan
manusia terkutuk ini”.(37)
DARI SPARTE KE PENANGKAPAN
Setelah
kejadian itu, Sheikh Said dipindahkan ke Sparte pada tahun 1934M.
Beliau tinggal di sana beberapa bulan. Masa tersebut beliau gunakan
untuk menulis risalah-risalah an-Nur, yait,: risalah al-Iqtisad
(ekonomi), risalahal-ikhlas (ikhlas), risalah at-Tasattur (menutup
aurat), al-Isyaratath-Thalaathah (tiga isyarat), al-Mardha (orang-orang
yang sakit), asy-Syuyukh (orang-orang tua). Semua risalah-risalah ini
adalah dari al-Lamaat (kilauan cahaya) dan pada waktu yang sama
al-Kalimat (kata-kata) dan al-Maktubat (tulisan-tulisan) juga sudah
beliau karang.
Pada suatu pagi di bulan April tahun
1935M, sepasukan polisi menyerang rumah Sheikh Said. Mereka lalu
menangkap beliau setelah menyelidiki seluruh penjuru rumah yang
sederhana itu. Dan pada hari yang sama, polisi-polisi lain menyerbu
rumah seratus dua puluh murid an-Nur di berbagai daerah. Tangan mereka
dan juga tangan Sheikh Said Nursi digari. Mereka digiring ke penjara
kota Aski Syahar untuk menunggu pengadilan terhadap mereka dengan
tuduhan membentuk organisasi rahsia yang menentang penguasa dan berusaha
menggulingkannya.(38) Pemerintah telah mengambil langkah keamanan ketat
di sepanjang jalan. Tentera-tentera dengan senjata lengkap mereka
menguasai jalan Sparte – Afiyun. Seluruh kota Sparte di bawah penguasaan
tentera.
Tuduhan terhadap mereka sangat berat, antara lain sebagai berikut:
1. Membentuk organisasi rahasia.
2. Berusaha menghancurkan pemberontakan pimpinan Kamal Ataturk.
3. Mendirikan tarekat sufi.
4. Membangkitkan semangat keagamaan dengan menyebarkan risalah “at-Tassatur lian Nisaak”
Jika
tuduhan ini terbukti, maka hukumannya ialah mati. Dan mereka memang
telah menyebarkan bahawa murid-murid an-Nur dan Sheikh mereka akan
dihukum mati, untuk menakut-nakutkan orang dan memperingatkan mereka
agar tidak bergabung bersama barisan murid-murid an-Nur.
KILAUAN CAHAYA DARI KEGELAPAN PENJARA: SEKOLAH YUSUF PERTAMA
Sheikh
Said Nursi meringkuk di penjara terasing dengan tekanan-tekanan yang
hebat supaya jiwanya terpengaruh. Namun meskipun mendapat
tekanan-tekanan tersebut, beliau tetap menulis risalah-risalah an-Nur.
Di penjara ini beliau menulis “al-Lamaat” kedua puluh delapan, kedua
puluh sembilan dan ketiga puluh serta “as-Syuaat” pertama dan kedua. Di
penjara ini pula banyak penjahat yang bertaubat kepada Allah Taala dan
mengikuti jalan yang lurus karena pengaruh Sheikh.
Siasatan
panjang terhadap Sheikh dan murid-muridnya tidak menghasilkan suatu
bukti yang dapat disandari untuk menghukum sebelas bulan penjara karena
risalah beliau “at-Tasattur li an-Nisaak” yaitu “al-Lamaat” kedua puluh
empat.
PEMBELAAN YANG TERKENAL
Di depan pengadilan Sheikh membela diri. (39) Berikut ini nukilan pembelaan beliau yang terkenal itu:
“Wahai
para hakim sekalian! Saya dibawa ke sini dengan tuduhan bahawa saya
seorang pembangkang yang menjadikan agama sebagai alat untuk
mengacau-bilau keamanan umum. Maka saya katakan kepada kalian:
Sesungguhnya kemungkinan mengerjakan sesuatu itu tidak mesti ia pasti
terjadi dan mesti ia harus dicela. Mancis mungkin bisa membakar rumah,
akan tetapi kemungkinan ini tidak berarti bahawa ia penyebab kecelakaan
itu.
Sesungguhnya kesibukan saya dengan ilmu-ilmu Islam
tidak ditujukan kecuali untuk mendapatkan redha Allah Ta’ala. Tidak
mungkin ditujukan untuk berkhidmat selain itu.
Kalian
bertanya apakah saya termasuk orang yang sibuk dengan tarekat sufi? Maka
saya jawab, Sesungguhnya zaman kita ini adalah zaman memelihara iman
bukan memelihara tarekat. Banyak orang masuk syurga tanpa harus masuk
tarekat sufi, akan tetapi tidak seorang pun masuk syurga tanpa iman.
Kalian
bertanya dari mana kamu mendapat harta untuk mengumpulkan orang-orang
disekitarmu dalam suatu organisasi? Maka saya bertanya kepada mereka :
Dari mana mereka (polis) memperoleh dokumen-dokumen yang membuktikan
bahawa saya sibuk bekerja untuk suatu organisasi atau saya mengerjakan
sebarang pergerakan yang memerlukan harta? Kalian menyanggah dengan
mengatakan saya bukan ahli pada pekerjaan yang saya kerjakan. Untuk
mengajar ada jabatan yang khusus dan saya harus meminta izinnya dahulu,
maka saya katakan kepada kalian, jika seluruh pintu kubur ditutup dan
kematian ditiadakan dari wujud maka bolehlah izin itu hanya ada pada
daerahmu. Akan tetapi karena tiga puluh ribu jenazah setiap hari
dijemput kematian dan setuju terhadap hukumnya, maka ini bererti bahawa
di sana masih terdapat banyak tugas dan kewajipan yang lebih penting
daripada yang ada di daerah dan kekuasaanmu”(40)
SESUATU YANG ANEH DAN JARANG TERJADI
Ketika
murid-murid an-Nur dan bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan mereka
sedang bukti-buktinya dicari dan diselidiki, ditemukanlah di antara
risalah-risalah an-Nur sebuah buku yang kulitnya bertulis kata-kata,
"Kembali ke Ramadhan” dengan tulisan tangan.
Siapa
Ramadhan ini? Di mana dia bekerja? Kenapa sampai sekarang belum
ditangkap? Tidak syak lagi, tentu dia orang penting, karena namanya
tercatat pada salah satu buku! Semua murid an-Nur menafikan bahawa
mereka mengenalinya. Hal ini menambah keyakinan bahawa dia adalah
pembantu Said Nursi yang paling utama. Perintah dikeluarkan untuk
menyelidiki seluruh desa dan kota yang berdekatan dan menyiasat setiap
rumah untuk menemukan orang yang merbahaya ini, Ramadhan.
Akhirnya,
di salah sebuah desa yang jauh ditemukan seorang desa yang sederhana,
tidak boleh menulis dan membaca, namanya Ramadhan. Dia ditangkap dan
digiring dengan tangan dibelenggu dan pengawasan yang ketat ke penjara
Aski Syahar. Meskipun orang yang patut dikasihani ini bersumpah beberapa
kali bahwa dia tidak boleh membaca dan menulis dan bahwa dia belum
pernah bertemu dengan Badiuzzaman, meskipun demikian, semua sanggahan
dan permohonannya lenyap diterbangkan hembusan angin. Dia meringkuk
selama dua bulan penuh di penjara sampai salah seorang pegawai meneliti
buku tersebut. Ternyata buku itu membahas tentang puasa dan adab serta
hikmahnya pada bulan Ramadhan.(41)
PENGASINGAN BADIUZZAMAN KE KASTAMONU
Setelah
meringkuk di penjara Aski Syahar selama sebelas bulan, Badiuzzaman
diasingkan ke kota Kastamonu pada musim bunga tahun 1936M. Beliau
digiringi ke balai polis. Di situ beliau meringkuk selama tiga bulan,
kemudian dipindah kesebuah rumah kecil yang terletak tepat di depan
balai polis supaya tetap dalam pengawasan. Rumah tersebut terdiri
darpada dua tingkat. Tingkat bawah adalah tempat kayu bakar, tingkat
kedua tediri dari dua bilik. Badiuzzaman membayar sewa rumah ini.
Beliau
tinggal di Kastamonu selama tujuh tahun. Waktu itu beliau gunakan untuk
terus menulis risalah-risalah an-Nur seperti “as-Shu’a” (sinar) ke
tujuh, risalah “al-Ayah al-Kubra”28 (tanda terbesar), demikian pula
“ash-Shu’a ketiga iaitu risalah “al-Munajah” (munajat), “ash-Shu’a”
keempat, keenam, kelapan, kesembilan dan catatan “ash-Shu’a yang kelima.
WAKIL POS AN-NUR
Pada masa itu Badiuzzaman
terus mengirim surat kepada murid-muridnya dengan berbagai cara untuk
mengelabui mata-mata yang sentiasa mengawasi pergerakannya.
Risalah-risalahnya dibawa secara rahsia, lalu disalin dan disebarkan
keseluruh desa, daerah dan kota yang berdekatan. Dengan demikian telah
terbentuklah “wakil pos an-Nur yang tugasnya difokuskan kepada membawa
risalah-risalah dari satu desa ke desa lain, dan dari suatu kota ke kota
yang lain. Masalah penyalinan risalah-risalah juga semakin tersusun dan
kuat. Di sana ada beberapa murid menyalin lebih dari seribu risalah
sendirian. Dengan cara ini risalah-risalah an-Nur disalin dengan tulisan
tangan sebanyak enam ratus ribu naskhah, dan tersebar di seluruh
pelosok Turki secara berperingkat-peringkat, mengatasi para tentera yang
zalim dan mengumumkan bahawa cahaya Islam tidak mungkin dipadamkan
selama-lamanya. Risalah-risalah ini yang mengandungi beberapa aspek
penting dalam bidang akidah dan jawaban atas keraguan yang menyesatkan
sekitar beberapa hadis Nabi (s.a.w), dan pemahaman terhadap dakwah agama
Allah- lalu dikumpulkan dalam satu judul, yaitu “Mulhaq Kastamonu”
(Lampiran Kastamonu).
TAUBAT SEORANG PEMABUK
Badiuzzaman
sering keluar dari rumahnya. Beliau berjalan-jalan di tanah rata dan
pergunungan yang berhampiran. Seringkali beliau juga masuk benteng
peninggalan Kastamonu. Di sana beliau duduk untuk merenung dan
membetulkan atau menulis risalah-risalah an-Nur. Pemerintah pun sentiasa
memerhati pergerakannya itu.
Pada suatu hari, ketika
beliau sedang duduk dengan bersandar pada dinding benteng, seseorang
yang sedang mabuk berjalan terhuyung-hayang akan melewati beliau menuju
ke tempat pelacuran yang ada secara terang-terangan. Orang yang mabuk
itu sampai dekat benteng yang diduduki Badiuzzaman. Dia terhenti
ditempatnya, tidak bergerak ke depan dan juga tidak mundur ke belakang.
Dia menoleh ke atas, menoleh ke ulama yang berwibawa, yang berpakaian
serba putih. Badiuzzaman memandangnya sebentar, lalu tersenyum dan
mengucapkan salam kepadanya. Kata beliau kepada orang itu, “Kembalilah
wahai saudaraku, jangan pergi ke sana! Kembalilah, mandilah.
Bertaubatlah kepada Allah dan mulailah bersembahyang”.
Suara
yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang ini menyelinap memasuki
hati orang yang mabuk itu. Tanpa terasa, air mata berlinangan dari
matanya. Dia menangis dengan teresak-esak. Dia segera kembali ke
rumahnya. Orang yang ditugaskan untuk mengawasi pergerakan Badiuzzaman
kehairanan. Dia segera mendatangi orang yang mabuk tadi dan berkata
kepadanya sambil memegang bajunya, “Katakan kepadaku dengan cepat. Jawab
pertanyaanku. Apa yang dikatakan orang Kurdi itu kepadamu?”.(42)
PERTEMUAN DENGAN DATUK BANDAR
Badiuzzaman
diawasi oleh para penguasa Kastamonu. Oni Dughan dan Madhat Alti Ogh
termasuk dua orang penguasa yang sering membuat Badiuzzaman kurang
senang. Mereka berdua selalu mencari-cari sesuatu yang membuat beliau
sakit hati.
Kerana Badiuzzaman masih sentiasa memakai
pakaian dan serban kebiasaannya –itu bererti menyalahi peraturan
pakaian. Maka datuk bandar Madhat Alti Ogh memanggilnya ke kediaman
rasminya. Badiuzzaman mendatangi rumah datuk bandar itu dengan digiringi
banyak polis. Beliau sangat marah. Ternyata salah seorang polis
berusaha menanggalkan serbannya di jalanan. Beliau masuk ke rumah datuk
bandar dan berkata sinis, “Dengar hai Madhat, di sana tidak ada apa-apa
selain penghalang tipis di antara kita dan kematian yang kalian takuti.
Jika kita melepasi penghalang ini, maka tidak ada lagi sesuatu yang
perlu kita takuti. Oleh sebab itu, lakukan proses peraturan itu sesuka
hatimu”.
Wajah datuk bandar merah padam. Dia
salah tingkah dan tidak bisa menjawab. Dengan susah payah tangannya
mencapai loceng yang terletak di atas mejanya. Dia tekan loceng itu
untuk memanggil para pegawainya supaya mereka membawa Badiuzzaman pulang
ke rumahnya. Dia tak jadi melaksanakan niat jahatnya, padahal dia
adalah datuk bandar yang terkenal dengan kebengisan dan kekerasan
hatinya untuk menuntut Sheikh Badiuzzaman supaya menukar pakaiannya.(43)
BERSAMA PARA PELAJAR SEKOLAH
Pada
tahun-tahun gelap gelita itu pelajaran agama dihapuskan, sebagaimana
kata-kata “Pencipta”, “Tuhan” dan “Allah Ta’ala” dihapuskan dari
buku-buku sekolah dan diganti dengan kata-kata “alam”, “perkembangan”,
“patriotisme”, “nasionalisme” dan seterusnya...”. Tujuannya adalah
melenyapkan pengertian “Tuhan” dan menghilangkan idea “Pencipta” dari
fikiran serta menyebarkan pemahaman bahawa iman kepada Allah Ta’ala
adalah sama dengan kebodohan dan bahawa di antara tanda keilmuan dan
pengetahuan adalah pengingkaran terhadap kewujudan Allah. Barangkali ada
gunanya kami menukilkan penjelasan paragraf akhir di atas dari sub kata
lafdhul jalalah “Allah” yang terdapat pada “Dairah Ma’arifal-Hayah”
(Ensiklopedia kehidupan) Turki yang dicetak di Istanbul pada tahun1932M
jilid pertama, agar suasana pemikiran yang dominan bagi orang-orang yang
mengaku berilmu di Turki pada waktu itu jelas. Setelah kita membaca
pengertian mereka tentang bagaimana tumbuhnya idea Ketuhanan pada
manusia badwi, dan bagaimana perkembangan selanjutnya serta bagaimana
kedatangan agama, akhirnya baris terakhirnya berbunyi sebagai berikut,
“Sesungguhnya idea yang ingin disebarkan oleh agama-agama yang ada
sekarang ialah bahawa Allah itu Esa dan bahawa Dialah Pencipta alam
semesta, akan tetapi kemajuan sesuatu yang disebut “Allah”. Idea tidak
percaya kepada Allah ini telah tersebar di kalangan orang-orang yang
terpelajar”. (44)
---------------------------------------
~Peraturan
pakaian: Peraturan yang dikeluarkan pada tahun 1925M. Dengan peraturan
itu orang diharamkan memakai pakaian Othmaniyah dan hijab bagi kaum
wanita. Peraturan itu juga mengharuskan pakaian terbuka dan pakaian ala
Eropah serta topi. Demikianlah unsur-unsur perosak merosak iman kepada
Allah pada diri generasi baru dan pembuat mereka bingung. Sayyid
Abdullah Yakan, pengarang“al-Qamus al-Jadid”31 (Kamus Baru),
menceritakan tentang kebingungannya ini ketika dia masih menjadi seorang
pelajar di sekolah menengah. Dia berkata bahawa guru-gurunya sama
sekali tidak pernah bercakap tentang Allah, maka dia bersama kawannya
yang bernama Rif’at pergi mengunjungi Badiuzzaman. “Kami; saya dan kawan
saya Rif’at, sentiasa mengunjunginya. Beliau bercakap-cakap bersama
kami tentang kepentingan iman, keesaan Allah dan bahawa manusia tidak
diciptakan tanpa peraturan. Pada akhir pertemuan, kami merasa
seakan-akan baru dilahirkan semula. Jiwa kami menikmati kebahagiaan
maknawi dan kegembiraan yang tak terhingga”.(45)
Badiuzzaman
merasa perlunya menulis risalah tentang tajuk penting ini, supaya
menjadi alat untuk menyelamatkan ribuan bahkan ratusan pelajar dari
generasi baru yang sedang kebingungan dan mencari-cari cahaya untuk
hatinya dan hidayah untuk jiwanya. Kata Badiuzzaman dalam mukadimah
risalah ini, “Kenalkan kami dengan Pencipta kami, kerana guru-guru kami
tidak pernah mengingatkan Allah kepada kami!”. Maka saya katakan kepada
mereka, “Setiap ilmu yang kalian baca sentiasa membahas tentang Allah
dan mengenalkan Pencipta Yang Maha Mulia dengan bahasanya yang khusus.
Dengarkan ilmu-ilmu tersebut dan jangan peduikan guru-gurumu itu.
Misalkan,
jika di sana ada farmasi besar. Di dalam setiap botol-botolnya ada
ubat-ubat dan ramuan-ramuan mujarab. Ia dibuat dengan ukuran yang sangat
teliti. Sebagaimana hal ini menunjukkan bahawa di belakangnya ada
seorang ahli farmasi yang pintar dan ahli kimia yang mahir, maka
demikian pula bulatan bumi yang mengandungi lebih dari empat ratus ribu
macam hidupan –tumbuh-tumbuhan dan haiwan. Setiap satu daripadanya, pada
hakikatnya, adalah botol ramuan kimia yang teliti dan botol campuran
hidupan yang mengagumkan yang jelas, bahkan kepada orang buta sekalipun –
Ahli Kimianya Yang Maha Bijak lagi Mempunyai keagungan dan mengenalkan
Penciptanya Yang Maha Mulia. Maha Suci Dia sebesar kesempurnaan,
keteraturan dan keagungannya dan sebesar bandingannya dibanding dengan
ahli kimia yang ada di pasar itu. Dan itu sesuai dengan ilmu kedoktoran
yang kalian baca”.
-------------------------------
~Yeni
Lugat: Yaitu kamus yang khusus mengenai risalah-risalah an-Nur. Di situ
diterangkan kata-kata Arab, istilah-istilah syariat dan nama orang-orang
di dalamnya.
~Sheikh menulis dialog dengan para pelajar
ini di dalam masalah keenam risalah ath-Thamrah yang ditulisnya di dalam
penjara Denizli.
TUDUHAN BARU DAN PENGADILAN LAIN
Pergerakan
an-Nur senantiasa berkembang luas dan aktif kerana didorong oleh rasa
rindu dan iman yang menyala-nyala di dalam hati. Maka pemerintah untuk
menghalang pergerakan ini atau menghentikan kemajuan dan perkembangannya
tidak berguna sama sekali. Maka menghadapi masalah ini, mereka
menggunakan cara pengadilan dan penjara sekali lagi.
Pada
tanggal 31 Ogos 1943M, ketika Sheikh Badiuzzaman sedang menderita demam
yang hebat – kemungkinan besar kerana diracuni oleh polis rahsia
–polis-polis menyerbu rumahnya dan memporak-porandakan seluruh isinya.
Mereka tidak menemui apa-apa selain risalah-risalah yang membahas
tentang iman, akhirat, akhlak dan lain sebagainya. Dan pada tanggal 18
September tahun yang sama, polis-polis sekali lagi menyerbu rumahnya
dengan harapan dapat menemui sebarang bukti untuk menyeret Badiuzzaman
ke mahkamah. Dan meskipun mereka tidak menemukan apa-apa selain
buku-buku dan risalah-risalah yang semacam dengan yang dahulu, meskipun
demikian, mereka menahan Sheikh Badiuzzaman pada tanggal 20 September.
Dengan digiring oleh polis, beliau dibawa ke Ankara bersama seratus dua
puluh enam murid an-Nur yang ditahan dari pelbagai kota.
Tuduhan
yang ditujukan kepada Badiuzzaman dan murid-muridnya ialah seperti
sebelumnya, Membentuk organisasi rahsia, menggerakkan rakyat untuk
menentang pemerintah yang sekuler, berusaha unuk menggulingkan sistem
pemerintahan dan menjuluki Mustafa Kamal dengan julukan “Dajjal” dan
“Penghancur agama”.
TABLIGH ITU WAJIB
Badiuzzaman
dibawa ke Ankara dengan sebuah bas umum pada akhir Ramadhan yang
siangnya amat panas. Panasnya siang yang sangat terik itu tidak
dirasakan oleh ulama yang sedang berpuasa dan kini berusia tujuh puluh
tahun itu. Di perjalanan beliau tidak melupakan kewajibannya bertabligh
dan memberi petunjuk. Beliau menoleh kepada pengiringnya dan berkata
kepadanya, “Bolehkah kita menyuruh pemandu untuk berhenti sejenak? Tidak
ada paksaan dalam agama, akan tetapi saya ada beberapa nasihat yang
ingin kuberikan kepada para penumpang”. Pemandu itu lalu memberhentikan
bas. Badiuzzaman memandang para penumpang dan berpidato, “Malam ini,
kemungkinan besar, adalah malam lailtul qadar. Pahala membaca al-Quran
al-Karim pada hari biasa adalah sepuluh hasanah bagi setiap huruf
al-Quran, dan pada bulan Ramadhan adalah seribu hasanah. Sedang pada
malam lailatul qadar, pahalanya adalah sebanyak tiga puluh ribu hasanah.
Jika salah seorang di antara kalian diberi lima lira emas sebagai upah
suatu pekerjaan, mahukah kalian mendapatkannya? Para penumpang menjawab,
“Ya, kami mahu itu”. Kata Badiuzzaman kepada mereka, “Jadi kalau
begitu, setiap muslim daripada kalian hendaklah membaca surat al-Fatihah
tiga kali, surat al-Ikhlas sekali dan ayat Kursi sekali. Ia pasti
menjadi perbendaharaan kalian di dalam kehidupan kalian yang kekal
kelak”.(46)
Di tengah perjalanan, ketika masuk buka
puasa, bas berhenti. Sheikh Badiuzzaman berbuka puasa bersama para
penumpang dan sembahyang maghrib bersama mereka.
DATUK BANDAR ANKARA BUNUH DIRI
Di
Ankara, Sheikh Badiuzzaman dipanggil walikota, Nozad Tan Doghan. Mereka
berdua bercakap tentang pakaian Sheikh. Nampaknya datuk bandar berusaha
menukar pakaiannya secara paksa. Maka Sheikh menjawabnya bahawa beliau
adalah orang yang terpendam dan bahawa peraturan pakaian tidak
mengenainya. Ada pun mengenai serban ini, ia tidak akan dicabut kecuali
dengan kepala ini! Kata beliau sambil menunjuk ke lehernya.
Dan
di antara takdir yang perlu kita renungkan ialah, bahawa datuk bandar
bengis yang mengucapkan kata-kata keji dan menyakitkan Sheikh
Badiuzzaman ini telah membunuh dirinya pada 9 Juli 1964M dengan menembak
sendiri kepalanya.
0 comments:
Post a Comment